Om Swastiastu

"Tat Twam Asi"

Aku adalah engkau, dan engkau adalah aku.

Menyakiti dirimu, sama dengan menyakiti diriku. Maka berhentilah. Berhentilah menyakiti orang lain. Karena itu sama saja dengan menyakiti dirimu sendiri. Kita berasal dari sumber yang sama. Dari Brahman. Kita hanyalah Atman. Serpihan terkecil dari diriNya.

Rabu, 01 Februari 2012

UMANIS GALUNGAN!

Sebelumnya... Untuk rekan-rekan sedharma, SELAMAT HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN! Semoga di hari raya ini, kita selalu dilindungi oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Okay... Yang mungkin belum tahu apa itu Galungan, saya akan coba jelaskan. Pertama, saya bukan orang yang terlalu fanatik sama agama tapi saya cukup taat beragama dan mengikuti perkembangan agama. Kedua, saya bukan orang sok pintar. Saya hanya ingin menginformasikan kepada orang yang tidak mengetahui tentang hari suci agama Hindu. Ketiga, YANG TIDAK SUKA POSTINGAN INI, TOMBOL CLOSE SUDAH MENANTI ANDA ^^ *smirk* #bletak

YOSH! Jadi begini, menurut buku-buku pelajaran agama Hindu yang saya punya, Galungan adalah hari suci agama Hindu yang diadakan setiap 210 hari sekali. Galungan merupakan hari kemenangan Dharma (Kebaikan) melawan Adharma (Kejahatan) *Udah kaya power rangers aja #buagh* Hari raya Galungan dilaksanakan tepat pada Budha Kliwon Wuku Dungulan. Sebelum hari raya Galungan, ada beberapa rangkaian yang harus dijalani terlebih dahulu.

Yang pertama Tumpek Wariga (Dilaksanakan setiap Saniscara Kliwon Wuku Wariga)
Disebut juga Tumpek Uduh, Tumpek Bubuh, Tumpek Pengarah, atau Tumpek Pengatag. Upacara di hari ini ditujukan untuk Sang Hyang Sangkara atau dewa penguasa tumbuh-tumbuhan. Pada Tumpek Wariga, umat Hindu mengadakan upakara di tiap-tiap rumah berupa menghaturkan beberapa banten (Bukan provinsi. Ini semacam sarana upacara)serta bubur sumsum sebagai lambang kesuburan.

Kedua ada Sugihan Jawa. (Bukan pesugihan). Saya gak terlalu ngerti sama yang ini. Tapi kata kakek saya, kalau kita ada keturunan dari Jawa, semisalnya dari Majapahit, kita ngelakuin upacara pembersihan di hari ini. Kalau gak salah dulu saat invasi (?) Majapahit ke Bali, ada beberapa bangsawan dan ksatrianya yang menetap di Bali dan beranak pinak (?) sehingga menghasilkan keturunan hingga sekarang.

Ketiga ada Sugihan Bali. Nah ini kata kakek saya juga, kalau kita keturunan Bali asli, kita melakukan upacara pembersihan di hari ini.

Keempat ada hari Penyekeban. (Redite Paing Wuku Dungulan)
Di hari ini ibu-ibu biasanya meram pisang yang belum masak atau meram tape ketan untuk persiapan Galungan. Oh iya! Mulai hari tersebut, Sang bhuta Galungan turun ke dunia dan mengganggu ketenteraman bathin manusia. Butha atau Bhuta Kala itu semacam makhluk yang tingkatannya masih dibawah manusia. Biasanya tinggal di lebuh (Halaman rumah atau merajan)

Kelima ada Penyajaan. (Soma Pon Wuku Dungulan)
Ini mulai hari sibuk setengah mati! Umat Hindu nyiapin berbagai sarana upacara di hari ini. Nah, kalau dekat-dekat galungan itu, semuanya serba mahal. Mulai dari bunga, janur, kue, buah, tebu, bambu (buat penjor), dan masih banyak lagi. Emak sama Babeh sampai uring-uringan... Ironis sekali... Di hari ini Bhuta yang datang adalah Sang Bhuta Dungulan.


Keenam Hari Penampahan Galungan. (Anggara Wage Wuku Dungulan)
Nah, hari ini bapak-bapak yang punya kerjaan banyak! Walau perempuan juga bantu-bantu. Hari ini juga masih rangkaian persiapan sarana upacara untuk Galungan. Buat lawar (Makanan tradisional Bali), sate, bakar ayam, *plak* dan masih banyak lagi! Sorenya bapak-bapak, gak harus sih... Yang penting jenis kelaminnya jantan, masang penjor di depan rumah *Biasanya di kanan pintu masuk*. Penjor ini simbolis dari naga. Lalu diadakan upacara menyucikan diri dari gangguan Bhuta Kala. Dalam upacara ini diharapkan para Bhuta dapat menjadi Dewa. So, di 3 hari sebelum ini, biasanya tiap rumah adaaaa aja yang marah-marah. *Namanya juga digangguin Bhuta*

Ketujuh dan puncaknya, Hari Raya Galungan. (Budha Kliwon Wuku Dungulan)
Di hari ini, karena pada hari Penampahan Galungan para Bhuta Kala telah ditundukkan, umat Hindu menyambut dengan suka cita. Biasanya saya sekeluarga bagi-bagi tugas untuk ke pura-pura. Ada yang ke Pura Desa, Pura Puseh, Pura Dalem, ke rumah saudara, ke Pura Keluarga, tapi kami diwajibkan untuk sembahyang di tiap-tiap pura walau tidak turut serta dalam menghaturkan banten. Nah, sorenya... Kebanyakan keluarga tuh jalan-jalan. Ke pantai kek, ke pusat rekreasi dan perbelanjaan, ke rumah saudara, pokoknya merayakan banget!

Kedelapan itu, hari ini. Umanis Galungan. (Wraspati Umanis Wuku Dungulan)
Keluarga saya sih sibuk bersihin perabotan yang dipakai upacara... Kadang keluar gitu cari hiburan. Masih suasana liburan :D

Walau hari raya di Bali itu ribet dan ngabisin banyak duit, tapi saya suka. Kadang, kalau misalnya lagi ada masalah dan rada gak ikhlas ke pura, setelah selesai sembahyang... Ada rasa yang lain... Semacam lebih tenang gitu. Apalagi kalau sudah dapat tirtha (air suci). Rasanya sejuk... Damai...

Mungkin Hindu memang agama yang kecil. Penganutnya sedikit. Dan kadang banyak yang bikin fanpage atau forum-forum yang buat saya sedih semacam grup di pesbuk yang kalau gak salah namanya Anti Hindu Bali. Rasanya nyesek baca agama kita sendiri dihina-hina gitu... Kalau diibaratin, Hindu itu macam keluarga kecil yang harmonis... Walau dikit, tapi kami selalu menjalin hubungan baik. Di Bali mungkin kami mayoritas... Kalau diluar Bali, kayanya bakalan susah... Cari pura, bahan sarana upacara... Yah... Saya tetap bangga jadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar