Om Swastiastu

"Tat Twam Asi"

Aku adalah engkau, dan engkau adalah aku.

Menyakiti dirimu, sama dengan menyakiti diriku. Maka berhentilah. Berhentilah menyakiti orang lain. Karena itu sama saja dengan menyakiti dirimu sendiri. Kita berasal dari sumber yang sama. Dari Brahman. Kita hanyalah Atman. Serpihan terkecil dari diriNya.

Kamis, 27 Oktober 2011

Aku Peduli

Hanya sebuah cerita pendek sederhana yang dibuat berdasarkan pengalaman dan iklan-iklan yang pernah saya tonton ^^a. Semoga di hari Sumpah Pemuda kali ini, generasi muda bangsa terketuk hatinya jika KEBETULAN membaca cerita sederhana yang saya buat. Bukan salah satu masterpiece saya. Namun saya buat dengan ketulusan hati. Tentunya dengan motivasi dari teman-teman kelas saya yang senantiasa "menuntut" agas saya segera menyelesaikannya mengingat deadline yang di depan saya. Terima kasih atas dukungan morilnya *bow*

Aku Peduli
Indonesia. Bangsa dengan semangat berkarya. Memukau ketakjuban dunia. Bangsa yang semangat tenaganya bersatu. Pantang menyerah. Menggapai tingginya cita-cita. Indonesia. Sebuah negara indah. negara tempat kita menghabiskan detik-detik kehidupan yang dianugrahi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Negara elok, tempat kita mencucurkan peluh dan keringat serta air mata, dalam menapaki kerasnya kehidupan. Negara ini, Indonesia, telah memberikan berbagai hal yang kita butuhkan. Tanah, pepohonan, air, dan udara. Hal-hal terpenting yang sangat kita butuhkan dalam kehidupan ini.

Namun, coba kita tengok ke dalam. Apa yang dipikirkan oleh orang-orang berpikiran sempit di negara kita. Selalu mengeluh. Kecewa akan apa yang tidak bisa diberikan oleh bangsa ini. Menghina akan kekurangan yang dimiliki oleh bangsa ini. Tak sadarkah mereka bahwa mereka adalah bagian dari negara ini. Tak sadarkah mereka bahwa dengan menghina dan mengejek bangsa ini, mereka sama saja dengan menghina diri mereka sendiri. Konyol jika mereka berpikir dengan menjelek-jelekkan nama negara, sang pemimpin akan langsung mengubah kebobrokan negeri ini. Ingatlah kawan. Kata-kata yang keluar dari mulutmu itu bisa setajam belati.

Jangan salahkan pemerintah. Jangan salahkan kepemimpinan negara ini yang masih belum bisa mengubah Indonesia menjadi negara yang baik. Itu bukan salah mereka. Jangan salahkan pemerintah akan pelayanan kesehatan masyarakat yang belum merata di tiap wilayah. Jangan salahkan pemerintah akan fakta siswa-siswa di Indonesia masih membayar mahal biaya pendidikan. Jangan salahkan pemerintah akan sarana dan prasarana publik yang kurang memadai.

Orang awam. Orang yang tak berpendidikan, umumnya akan berkata, “Negara ini busuk. Tak bisa memberikan fasilitas terbaik kepada masyarakatnya. Hanya bisa mengecewakan. Pemerintah tolol, hanya sesumbar mengatakan akan menghapuskan pengangguran dan masyarakat miskin serta koruptor. Tapi nyatanya? Apa yang bisa diberikan oleh negara ini? Hanya omong kosong.”

Coba kalian semua pikirkan. Kita, sebagai masyarakat Indonesia, selama ini mendapatkan segalanya dari negara. Semua itu dilakukan agar kalian semua berhenti mengoceh akan negara ini. Semua itu dilakukan oleh negara untuk membungkam mulut kalian yang selama ini hanya mengeluarkan sumpah serapah pada negara ini. Pernahkah kalian berpikir untuk memberikan sesuatu pada bangsa ini?

Sekarang tanamkan dalam benak kalian. Berusahalah memberikan sesuatu pada Indonesia. Bukan mengharapkan sesuatu pada Indonesia. Sudah cukup negara kita menerima hinaan dari bangsa lain. Tak usah ditambahkan oleh cacian dari rakyatnya sendiri. Apalagi kita. Sebagai generasi muda Indonesia, tak cukup hanya dengan berpangku tangan.

Siapa yang tidak bahagia melihat jutaan anak Indonesia dapat terus sekolah. Semua memperoleh pinjaman buku-buku gratis dan belajar dengan gembira, tanpa harus dibebani beratnya uang SPP. Siapa yang tidak terharu melihat makin banyak keluarga bisa memperoleh berbagai layanan kesehatan dan obat-obatan, tanpa harus memikirkan besarnya biaya. Siapa yang tidak tersentuh melihat makin banyak ibu melahirkan selamat, bayi lahir sehat dan tumbuh cerdas tanpa harus merisaukan beratnya biaya.
Para pemuda pemudi Indonesia yang dahulu menyingsingkan lengan baju demi negara ini, disia-siakan dengan perbuatan tak bermoral oleh generasi muda sekarang ini. Narkoba dan prostitusi seakan sudah lazim di mata mereka. Padahal seharusnya mereka paham akan pentingnya kesehatan.

Kita semua, bergerak meraih tujuan masing-masing, untuk terus maju, dalam hidup. Tapi pernahkah kita berhenti sejenak, untuk mengambil sebuah keputusan. Sebuah pilihan, sebuah perubahan. Bukan untuk orang lain. Untuk kita sendiri. Untuk hidup lebih baik, untuk hidup lebih sehat. Saya mau, saya siap. Karena kita sendiri yang bisa memulainya. It’s in me, sehat itu di tangan saya. Sehat itu dari diri sendiri. It’s in me. Mulai hidup sehat dari sekarang.

Remaja yang sehat, generasi muda yang sehat, itu masa depan bangsa. Coba bayangkan kalau generasi muda kita sakit-sakitan. Mari kita ibaratkan seperti pondasi gedung. Gedung itu, Indonesia. Pondasinya, generasi muda. Kalau pondasinya rapuh, maka gedung itu tak akan bisa bertahan lama. Tapi, kalau pondasinya kokoh, bahannya dipilih yang terbaik, niscaya gedungnya akan bertahan lama.

Sekarang, 28 Oktober. Hari Sumpah Pemuda. Tapi mengertikah kalian akan apa makna dari Sumpah Pemuda itu sendiri? Tahukah kalian akan isi dari Sumpah Pemuda itu sendiri? Malulah kalian jika isi Sumpah Pemuda saja tak tahu. Percuma mengaku sebagai generasi muda penersu bangsa tapi kata-kata yang hanya tiga kalimat saja tak hapal. Tapi kalau diminta hapalkan lagu, sekali dengar langsung hapal. Teori itu mudah. Yang sulit itu prakteknya. Mungkin sebagian besar dari kalian paham akan isi Sumpah Pemuda. Tapi, pernahkah kalian mempraktekkannya? Melakukannya dalam kehidupan sehari-hari? Saya yakin tidak.

Karena sebagian besar dari generasi muda sekarang ini, menghabiskan banyak waktunya dengan bergalau-galau ria. Ini memang wajar. Mengingat remaja emosinya masih labil. Tapi jika dipikir-pikir, anak muda zaman sekarang itu, lebih banyak galaunya daripada belajar. Minta uang ke Emak Bapaknya buat ke warnet. Katanya mua buat tugas. Tapi nyatanya? Buka facebook, twitter, yahoo masenger. Mau dibawa kemana negara ini kalau pilar-pilarnya sudah bobrok begini?

Sumpah Pemuda itu, bukan hanya hitam di atas putih. Tapi, jika kalian sadar, pasti kalian bisa mempraktekkannya. Bagaimana menjadi pemuda pemudi Indonesia yang baik. Tentunya dengan belajar yang rajin. Jangan belajar kalau pas ada ulangan dan pr saja. Memang itu kenyataan. Kenyataan pahit generasi kita. Bohong kalau ada yang mengatakan bahwa seseorang itu tak pernah nyontek sama sekali. Sepintar-pintarnya seseorang, dia pasti PERNAH NYONTEK.

Bahasa kita itu, Bahasa Indonesia. Tak usah belajar bahasa asing tapi kalau berbahasa Indonesia yang baik dan benar saja tak mampu. Sadar tak, kalau secara tidak langsung, Inggris itu menjajah kita. LEWAT BAHASANYA. Bahasa Inggris itu memang bahasa internasional. Tapi setidaknya jika di negara kita, utamakanlah penggunaan Bahasa Indonesia.

Bukti nyata, di Prancis, jika kita menghubungi hotel, resepsionis akan berbicara dengan bahasa Prancis. Bukan Inggris. Dan setelah kita mengatakan bahwa kita tidak bisa berbicara Bahasa Prancis, setelah itulah resepsionis akan berbicara dengan Bahasa Inggris.

Lain dengan di negara kita. Baru kita angkat telpon, di ujung sana, sang resepsionis akan menyapa dengan Bahasa Inggris. Inilah bukti nyata dimana masyarakat kita kurang menghargai Bahasa Indonesia. Pedulikah Anda?

Aku peduli. Tapi masa depan bangsaku, itu bukan yang paling penting buat aku. Duit banyak, hidup senang, posisi, jauh lebih penting dari keadilan, integritas, moral, aku yakin dan pasti. Ada harapan negaraku masih menjunjung moral yang tinggi. Tapi itu gak bakal bertahan. Nafsu lebih dinomor-satukan. Trend menunjukkan, anak cucu kita akan menuai kebobrokan kita. Aku nggak percaya Indonesia akan tetap jaya. Memandang ke depan, aku melihat. ‘Degradasi moral melanda anak muda’, ‘Kawin cerai, apa salahnya?’, ‘Korupsi udah jadi budaya’, ‘Video mesum itu mah biasa’. Nggak bisa dibilang lagi masih ada yang peduli dengan bangsa ini. Udah jelas banget generasi ini hancur dan gak ada harapan. Sungguh sedih dan konyol kalo kita pikir kita bisa menjadikan dunia ini lebih baik.

Tapi kita masih bisa membalikkan itu semua. Kita bisa menjadikan dunia ini lebih baik. Sungguh sedih dan konyol kalau kita pikir, generasi ini udah hancur dan gak ada harapan. Udah jelas banget masih ada yang peduli akan bangsa ini. Nggak bisa dibilang lagi, ‘Video mesum itu mah biasa’, ‘Korupsi udah jadi budaya’, ‘Kawin cerai, apa salahnya?’, ‘Degradasi moral melanda anak muda’. Memandang ke depan, aku melihat. Indonesia akan tetap jaya. Aku nggak percaya anak cucu kita akan menuai kebobrokan kita. Trend menunjukkan nafsu lebih dinomor-satukan. Tapi itu gak bakal bertahan.Negaraku masih menjunjung moral yang tinggi. Ada harapan. Aku yakin dan pasti. Moral, integritas, keadilan, jauh lebih penting dari posisi, hidup senang, duit banyak. Itu bukan yang paling penting buat aku. Tapi masa depan bangsaku. AKU PEDULI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar